Sabtu, 13 September 2008

forgiven but not forgotten

Forgiven but not Forgotten…
Terjadi pada hari terakhir di sekolah. hari perpisahan. Anak-anak berkumpul membentuk kelompok-kelompok kecil, saling bersalaman, bertukar kata, dan macam-maca. Ada juga yang berfoto bersama. Di tengah keriuhan itu, sekonyong-konyong saya mendengar suara gadis memanggil saya. Tentu saya langusng menoleh. Jarang-jarang ada gadis memanggil nama saya. Ah, ternyata ada tiga cewek manis sedang saling bergantian memotret. Mereka memotret sambil tertawa-tawa manis. Manis sekali.

Saya tahu, tiga cewek ini adalah cewek yang cukup populer. Terutama di kalangan siswa laki-laki kesepian macam saya ini. Suara yang memanggil itu saya dengar sebagai ajakan untuk berfoto bersama. Maka dengan gagah berani saya melangkah mendekat sambil merapikan rambut dan mematut-matutkan diri. Saya siap diajak foto bersama. Saya sudah menimbang-nimbang apakah fotonya nanti akan saya simpan atau saya pasang di pigura. Begitu sampai dekat mereka, salah satu di antara cewek itu menyodorkan kamera pada saya dan berkata sesuatu yang kira-kira maksudnya begini ”tolong foto kami ya…”. Sialan. Ingin rasanya saya banting kamera itu (sumpah, saya betul-betul ingin membantingnya). Untung tidak ada cowok bengil yang melihat insiden itu sehingga saya masih bisa menahan urat malu yang mulai menjalar dari rambut saya yang paling atas hingga ke yang paling bawah. Kemudian dengan acuh salah satu cewek yang menyodorkan kamera itu berlari menuju kawan-kawannya dan mulai pasang gaya. Sungguh, saat itu mereka terlihat sangat jelek. Sekali lagi, sangat jelek. Dengan dongkol saya potret saja mereka sekenanya, sambil berdoa agar fotonya tidak jadi atau rusak atau terbakar.
Saya kenang insiden itu sebagai tanda perpisahan yang pahit dari teman-teman SMA saya.Kadang saya tertawa getir menginggat itu. Konon, menertawakan diri sendiri itu sehat secara spiritual. Kini, saya sudah lupa wajah cewek-cewek itu, termasuk nama-namanya, tapi saya tidak pernah lupa peristiwa itu. Tentu saya sudah maafkan mereka (emang mereka salah apa ya? hehehe) dan berdoa agar foto itu terus mereka simpan. Setidaknya, ada campur tangan saya di foto itu. Sesuatu yang barangkali juga tidak mereka lupakan…
(wis, ra sah do ngguya ngguyu….)

6 komentar:

Aryanto Yuniawan mengatakan...

kaciaaan deh gua...

omyudha mengatakan...

Huahahahahahahahahaha

Asli ... ngakak gw bacanya ri

Aryanto Yuniawan mengatakan...

eh om Yudha, itu bukan aku, itu pengalamannya Heru (ya wajarlah..)

sik..sik, Her tank ngguyu yo,

HUUUAAA...HA...HA....

bayu anggoro widyanto mengatakan...

pak heru gak usah merasa jelek juga udah jelek kok :) huehehehe...

Wins mengatakan...

Huahahahaha.... asli nek aku wis tak walik kamerane trus nyepret raiku dhewek wae :P

Luckyto mengatakan...

mending mulih wae den mas
wakaka

 
© Copyright by SMANSA MAGELANG  |  Template by Blogspot tutorial